Menginjakkan kaki di tahun terakhir SMK, biasanya murid akan terbagi ke dalam “lanjut kerja 就職(shuushoku)” atau “lanjut kuliah 進学(shingaku)”. Tapi tidak dengan ku, aku sudah melirik opsi “gap year” sejak kelas 2. Beberapa orang di sekitarku mungkin akan bertanya, "kenapa dari kelas 2 udah mikirin opsi buat nganggur? Secara akademik nilaimu kan bagus, jadi pengurus di 2 ekskul" dan lain sebagainya. Karena alasan ini, aku memutuskan untuk tidak menceritakan niatku termasuk ke orang tua untuk nganggur sejak awal kelas 3 ( walaupun endingnya harus drama ( read : gelut ) beberapa hari dengan orang tua, untung diizinin hahahah ).
Sebagai orang yang suka menghayal ke jauhan, aku suka merencanakan banyak hal, dan keputusan untuk gap year ini juga tidak gampang, dan setelah pertimbangan yang panjang, keputusan yang terbaik menurutku saat itu adalah gap year.
Berikut pertimbangan pertimbangan kenapa aku putusin buat gap year
1.
Ini alasan paling besar sih “KEREN”
(カッコイイ
kakkoi). Aku sangat suka baca blog, dan dari sebagian blog
yang aku baca, orang yang udah punya dasar keren dan masuk ke tempat yang keren
itu hal yang masuk akal menurutku, tapi orang orang yang biasa biasa aja, atau start-nya
jauh tapi bisa masuk ke tempat keren, menurutku KEREN-nya dua kali lipat J (* ini opini pribadi) hal ini lah yang mendorong aku untuk mencari
tau lebih jauh lagi soal gap year ini.
2. Kedua, aku masih mau belajar
melalui jenjang akademik, karena aku masih suka dengan hitung hitungan (
walaupun aku ga bisa ngitung dengan benar sih ) tapi aku tau aku masih butuh
ilmu fisika dan matematika yang lebih buat kerja sesuai dengan yang aku
bayangkan. Dan untuk lanjut ke wirausaha (企業家 kigyouka) atau
berdagang pun, aku sudah mencoba beberapa kali berdagang, mulai dari SD ikut sama
tante, dan sepertinya memang aku tidak bakat di perniagaan. Makanya opsi untuk
langsung lanjut kerja tidak sesuai untukku saat itu.
3. Aku bisa saja lanjut kuliah,
entah di kotaku, atau di kampus yang masih di bawah yayasan yang sama dengan
sekolahku. Tapi entah kenapa, karena lanjut di SMK, aku merasa kalau matematika
(数学
suugaku) anak SMA baik itu IPA atau IPS terasa lebih menarik
buatku. Walaupun kata guruku SMK jurusan Teknik tingkat kesulitan matematika-nya
termasuk di atas, tapi setelah melihat apa yang dikerjakan sama temanku di SMA
membuatku ingin mempelajari sesuatu yang lebih menantang saat di bangku perkuliahan,
dan untuk itu aku mau masuk ke kampus yang bisa memberikan itu. ( tengil amat
pak, dasar masokis :’) )
4.
Kalau udah mutusin buat gap
year dari kelas 3, kenapa ga belajar dari awal kelas 3 biar bisa lulus di
kampus top?. Aku sudah coba untuk mengejar materi anak SMA dari kelas 2, karena
sekalian ikut bimbel juga. Tapi tetap ga cukup dan juga susah untuk fokus. Sering
banget tiba tiba ada urusan yang berhubungan dengan sekolah. Dn aku rasa kalau
aku mencoba untuk menyeimbangkan “belajar materi SMA” dan “belajar materi SMK”
kepalaku bisa saja meledak (爆発 bakuhatsu) T-T. Dan
saat di bimbel pun, mereka mulai dari kurikulum kelas 2, jadi untuk aku yang ga
ikut kelas 1, lumayan sulit untuk mengejar itu.
5. Masa SMK hanya SEKALI, karena itu aku mau kelas 3 ku lebih menyenangkan (楽しい tanoshii ) dari 2 tahun terakhir. Jarak sekolahku sendiri sudah cukup jauh dari rumah. Dan kalau aku mutusin buat fokus belajar ngejar ujian PTN yang standar tinggi, aku mungkin akan kekurangan waktu untuk main di kelas 3. Dan setelah memutuskan untuk gap year, aku akhirnya punya banyak waktu luang dan aku akhirnya bantu bantu di beberapa kegiatan sekolah, seperti pembuatan buku tahunan dan prom-night. Dan aku juga cukup puas dengan tugas akhirku di kelas 3 “adjustable selfie-stick” dan beberapa hal lainnya yang mengapplikasikan Arduino ujung ujungnya jadi punya banyak modul di rumah.
Kira kira itulah hal hal yang aku peritmbangkan
(read hayalkan) saat kelas 2. Dan kalau ditanya, apakah aku menyesal dengan pilihan
gap year? Tentu saja tidak. Aku jadi bisa eksplore lebih banyak soal komponen elektronik
dan menikmati waktu waktu terakhir kelas 3 lebih menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar